Krisis air bersih,
yang terjadi di lamongan beberapa bulan terakhir ini, semakin memprihatinkan.
Bahkan, sejumlah desa terpaksa meminum air kotor bercampur dengan lumpur yang
dijual oleh warga dengan harga yang cukup tinggi.
Meski telah bertahun-tahun mengalami krisis air saat musim
kemarau, namun hal itu tetap saja di alami oleh warga Lamongan, khususnya warga
yang berada di kawasan desa Topeng, kecamatan Sari Rejo, Lamongan.
Semenjak tiga bulan terakhir, warga yang berada di desa ini,
kesulitan mendapat air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Setelah menggunakan
air kotor untuk mandi, mencuci, serta memasak, kini warga setempat terpaksa
harus meminum air yang bercampur dengan lumpur.
Tragisnya lagi, telaga kotor yang berjarak sekitar 3 Km
dengan pemukiman penduduk, membuat warga terpaksa harus membelinya dari
sejumlah warga yang menjual air comberan ini.
Kamid, salah satu warga yang menjual air kotor ini, mengaku,
semenjak sebulan terakhir warga terus antre untuk membeli air darinya. Selain
untuk mandi, dan mencuci, warga juga menggunakan air ini untuk minum.
Dalam sehari, Kamid mampu menjual 25 ciregen dengan harga
setiap cirigennya Rp. 1.000. Meski air ini bercampur dengan lumpur yang dapat
merusak kesehatan, namun warga terpaksa menkonsumsi lantaran tidak ada pilihan
lain.
Meski kondisi ini telah berjalan bertahun-tahun dan
merupakan langganan warga, khususnya di kabupaten lamongan, namun pemerintah
setempat seakan menutup mata dan tidak melakukan upaya apapun.
Saat ini, warga hanya bisa berharap, agar pemerintah
melakukan upaya pembuatan saluran air bersih, atau paling tidak untuk saat ini
melakukan program bantuan air bersih untuk warga yang mengealami krisis air.
0 komentar:
Posting Komentar